Jakarta -
Kementerian Kebudayaan menggelar Peringatan Hari Sastra Indonesia ke-12 di Plasa Insan Berprestasi, Gedung A, Kompleks Kemendikbudristek, Jakarta, hari ini. Acara tersebut juga diisi dengan meluncurkan enam jilid buku 90 tahun Taufiq Ismail.
"Tema kegiatan yang bertajuk Mengakar ke Bumi, Menggapai ke Langit ini diambil dari judul antologi puisi Pak Taufiq Ismail, frasa yang mencerminkan keseimbangan akar yang kuat pada nilai tradisi, lingkungan dan kehidupan nyata, sekaligus aspirasi tinggi untuk bermimpi, berinovasi, meneruskan warisan budaya ke ranah yang lebih luas dan mendorong perubahan yang positif," kata Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam keterangan tertulis, Rabu (25/6/2025).
"Ini juga ungkapan mencerminkan peran sastra sebagai akar yang menggambarkan perjalanan budaya, cermin kehidupan manusia, dan ini adalah bagian yang sangat penting bagi ekosistem ke depan," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia memastikan Kementerian Kebudayaan bakal terus memperkuat ekosistem sastra yang berkelanjutan melalui berbagai program strategis mulai dari peningkatan kapasitas pelaku sastra, penguatan komunitas dan festival sastra, pengayaan medium dan ekspresi sastra, dan mendorong internasionalisasi sastra Indonesia.
"Kementerian Kebudayaan tentu saja memberikan ruang bagi sastra untuk mendorong proses pemajuan kebudayaan nasional. Sekarang kita membuat Laboratorium Penerjemah Sastra karena banyak karya-karya sastra kita yang belum diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris terutama, dan juga bahasa-bahasa lain," jelasnya.
Fadli melanjutkan, untuk memperkuat ekosistem sastra, Kementerian Kebudayaan meluncurkan beberapa program seperti laboratorium penerjemah dan promotor sastra, festival sastra, pembuatan komunitas sastra, manajemen talenta nasional bidang sastra, pengembangan sastra berbasis kekayaan intelektual, dan promosi sastra.
"Penguatan festival dan komunitas di berbagai daerah, pengayaan medium dan ekspresi, serta internasionalisasi karya, diharapkan menjadikan sastra Indonesia tumbuh masif dan merata hingga pelosok. Dengan demikian, sastra menjadi sarana konkret memperkuat jati diri bangsa dalam menghadapi dinamika dunia global," jelas Fadli.
Pada kesempatan yang sama, Kementerian Kebudayaan mengapresiasi perjalanan panjang Taufiq Ismail atas kontribusinya dalam dunia sastra Indonesia. Adapun wujud apresiasinya melalui peluncuran enam jilid buku 90 Tahun Taufiq Ismail yang memuat kumpulan karya-karyanya dari masa ke masa.
Fadli Zon mengatakan peluncuran buku tersebut sebagai wujud penghargaan atas kiprah dan dedikasi salah satu maestro sastra Indonesia tersebut. Gelaran ini menjadi bukti komitmen Kementerian Kebudayaan dalam memperkuat ekosistem sastra nasional.
"Taufiq Ismail adalah nama besar dalam sastra Indonesia. Karya-karya beliau yang melintasi tiga zaman menjadi saksi banyak peristiwa. Dia merupakan penyair yang terlibat dalam setiap pergeseran sosial budaya dan politik yang terjadi di Indonesia. Dan tidak hanya itu juga, dalam tonggak perjalanan kebudayaan Nusantara, 59 tahun yang lalu, tepatnya tahun 1966, Taufiq Ismail mendirikan majalah sastra Horison bersama Mochtar Lubis, P.K. Ojong, Arief Budiman, dan Zaini," ungkapnya.
Taufiq Ismail, menurut Menbud Fadli, mendedikasikan hidupnya di dunia sastra dengan mendirikan Rumah Puisi Taufiq Ismail di Aie Angek, Sumatra Barat.
"Sebagai seorang penyair yang melintasi banyak zaman, Taufiq Ismail telah mendedikasikan hidup bagi kemajuan sastra Indonesia. Waktu, tenaga, dan pikiran tak pernah lepas dari sastra dan budaya. Warisan kerja beliau dan karya yang terbentang nyata bukan menjadikan beliau seorang penyair individualis yang berdiri di Menara Gading, tapi terus terlibat di dalam berbagai macam pergeseran-pergeseran sosial dan budaya," jelas Fadli.
Fadli Zon menyampaikan bahwa jejak panjang Taufiq Ismail di usia 90 tahun menjadi warisan berharga bagi Indonesia.
"Besar harapan saya, melalui kegiatan ini, para sastrawan muda berkesempatan meneladani perjalanan panjang Taufiq Ismail di dunia sastra dan kebudayaan Indonesia, yang karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, Arab, Cina, Jepang, Turki, dan lain-lain. Diharapkan karya-karya baru bermunculan dan menjangkau pembaca global," ujar Fadli Zon.
Peringatan Hari Sastra Indonesia
Rangkaian acara Peringatan Hari Sastra Indonesia semakin istimewa dengan penampilan berbagai tokoh nasional yang mempersembahkan musikalisasi puisi dan karya-karya sastra Taufiq Ismail. Turut ditayangkan video pembacaan puisi 'Dengan Puisi, Aku' dari Perdana Menteri Malaysia, YAB Dato' Seri Anwar Ibrahim.
Ary Ginanjar Agustian membawakan puisi 'Kupu-Kupu di dalam Buku', disusul Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar yang membacakan puisi 'Sajadah Panjang'. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti mempersembahkan karya 'Membaca Buku dan Mengarang, Kakak-Adik Kandung Tak Terpisahkan'. Fadli Zon pada akhir sambutannya juga membacakan puisi 'Januari, 1949'.
Vice Chairman of The Executive Board Insan Cendekia Muda Lilla Ine Surjani turut memeriahkan acara melalui penampilan lagu 'Ketika Tangan dan Kaki Berkata'. Selanjutnya, musikalisasi puisi 'Sebuah Dunia' dibawakan oleh Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Fauzan. Sastrawan sekaligus pendiri Teater Tanah Air, Jose Rizal Manua, dengan penuh semangat membacakan puisi 'Sajak Anak Muda Serba Sebelah'.
Acara semakin hangat dengan penampilan dari sang penyair Taufiq Ismail yang membacakan kutipan karyanya 'Nasihat-Nasihat Kecil Orang Tua pada Anaknya Berangkat Dewasa'. Sebagai wujud apresiasi lintas budaya, puisi tersebut dibawakan dalam puisi terjemahan, masing-masing dalam Bahasa Arab oleh Prof. Dr. Amany Lubis, dalam Bahasa Turki oleh Dr. Astri K. Alafta, dan dalam Bahasa Inggris oleh Arsala Rania Ismail.
Hadir dalam acara tersebut yakni Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Indonesia Fahri Hamzah, Anies Baswedan, Fasli Jalal, Dedy Gumelar, Jaya Suprana, Ebiet G. Ade, Putu Wijaya, dan Asma Nadia.
Sementara itu, dari Kementerian Kebudayaan turut hadir Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha, Inspektur Jenderal Kementerian Kebudayaan Fryda Lucyana, Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan Ahmad Mahendra, Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Restu Gunawan, Staf Khusus Menteri Bidang Diplomasi Budaya dan Hubungan Internasional Annisa Rengganis, Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Industri Anindita Kusuma, Staf Ahli Menteri Bidang Hukum dan Kebijakan Kebudayaan Masyithoh Annisa Ramadhani Alkitri, Direktur Bina SDM Lembaga dan Pranata Kebudayaan Irini Dewi Wanti, Direktur Kerja Sama Kebudayaan Mardisontori, Direktur Warisan Budaya I Made Dharma Suteja, Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Informasi Publik Ibnu Hamad, beserta jajaran Kementerian Kebudayaan.
Acara ditutup dengan penampilan istimewa dari Sam Bimbo yang membawakan lagu 'Rindu Rasul, Adakah Suara Cemara' dan musikalisasi puisi 'Adakah Suara Cemara'. Kemeriahan semakin lengkap dengan penampilan seniman Iman Soleh yang membacakan puisi berjudul 'Seorang Tukang Rambutan pada Istrinya'. Penampilan ini menguatkan pesan bahwa sastra menjadi media pemersatu dan penginspirasi.
(akn/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini