Fadli Zon Ingin Penulisan Buku Sejarah Temukan Kembali Jati Diri Bangsa

8 hours ago 3

Jakarta -

Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon hadir secara virtual sebagai keynote speaker dalam Seminar Nasional Perkumpulan Prodi Pendidikan Sejarah se-Indonesia (P3SI) yang berlangsung di Gedung Raden Dewi Sartika, Universitas Negeri Jakarta. Ia mengharapkan agar melalui buku sejarah dapat menemukan kembali jati diri bangsa.

Fadli Zon mengapresiasi Universitas Negeri Jakarta (UNJ), yang telah menjadi tuan rumah Kongres dan Seminar Nasional Perkumpulan Program Studi Pendidikan Sejarah se-Indonesia. Adapun tema yang diangkat yaitu 'Menulis Sejarah, Membangun Bangsa: Membangun Peran Pendidikan Sejarah di Sekolah'.

"Tema ini sangat aktual dan penting, serta menjadi topik pembicaraan yang hangat saat ini. Sejarah itu penting dalam membangun bangsa," jelas Fadli, dalam keterangan tertulis, Minggu (6/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kongres ini mengusung dua agenda utama, yakni kongres organisasi dan seminar nasional. Selain Fadli, acara ini juga dihadiri oleh tiga narasumber ternama, yaitu Prof Singgih Tri Sulistiyono dari Universitas Diponegoro, Hamdan Tri Atmaja dari Universitas Negeri Semarang, serta Sumardiansyah dari Asosiasi Guru Sejarah Indonesia.

Pada kesempatan tersebut, Fadli menjelaskan tentang penulisan ulang sejarah dan pembaruan dalam penulisan sejarah nasional yang menurutnya pekerjaan rumah besar Bangsa Indonesia. Fadli menjelaskan hingga kini, Indonesia belum secara sistematis mendokumentasikan perjalanan bangsanya pasca-Reformasi.

"Terakhir, Buku Sejarah Nasional Indonesia disusun pada 1970-an oleh tim di bawah pimpinan Prof Soekanto, sementara karya Indonesia dalam Arus Sejarah yang terbit pada 2012 belum mencakup perkembangan politik dan sosial dari era BJ Habibie hingga Joko Widodo," jelas Fadli.

Selain ketertinggalan pembaruan, perspektif penulisan sejarah juga masih dipengaruhi sudut pandang kolonial. Fadli mengatakan masyarakat perlu menggeser cara pandang tersebut ke arah yang lebih Indonesia-sentris.

Ia mencontohkan bagaimana Belanda menyebut agresi militer mereka sebagai 'aksi polisionil', sementara bagi bangsa Indonesia, itu jelas merupakan bentuk penjajahan. Fadli menjelaskan menulis sejarah tidak hanya soal pencatatan peristiwa, tetapi juga bagian penting dari membangun identitas nasional.

Dalam konteks ini, muncul seruan untuk melakukan re-inventing Indonesian identity-menemukan kembali jati diri bangsa melalui narasi sejarah yang berpijak pada pengalaman dan karakter Indonesia sendiri. Menurut Fadli, sudah saatnya untuk menulis ulang sejarah Indonesia-bukan hanya sebagai catatan, tapi sebagai landasan untuk membentuk generasi yang memahami siapa dirinya dan ke mana bangsanya akan menuju.

Melengkapi pernyataan Fadli, Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Restu Gunawan menyampaikan sejarah tidak sekedar hanya hafalan dan lain sebagainya. Tetapi masyarakat punya ide-ide kreatif yang sebenarnya memiliki banyak peluang.

"Oleh karena itu, mari kita manfaatkan peluang itu sebaik mungkin," ujar Restu.

Ketua Panitia Nuraeni Marta menjelaskan kegiatan ini menjadi wadah pertemuan dan diskusi strategis bagi para dosen dan akademisi sejarah dari berbagai wilayah di Indonesia. Ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara P3SI, UNJ, dan Kemenbud sebagai wujud sinergi antara institusi pemerintah dan perguruan tinggi dalam memperkuat peran penting pendidikan sejarah secara nasional.

Sementara itu, Ketua Umum P3SI Zulkarnain menekankan forum ini merupakan sarana penting untuk membangun komunikasi dan kerja sama antar program studi pendidikan sejarah. Zulkarnain menyebut longres keempat ini menjadi momen krusial dalam memperkuat keberadaan P3SI sekaligus mendorong perkembangan pendidikan sejarah di Tanah Air.

Sebagai informasi, kegiatan ini turut dihadiri oleh Rektor UNJ Prof Dr Komarudin dan Ketua Umum P3SI Periode 2022-2025 Dr Zulkarnain. Dalam kegiatan ini juga dilakukan Penandatanganan MoU antara Kemenbud dengan UNJ, yang diwakilkan oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Firdaus Wajdi, PhD dan Prof Dr Agus Mulyana.

Melalui acara ini, diharapkan terjalin diskusi di antara para dosen dan akademisi sejarah dari berbagai wilayah di Indonesia untuk berkolaborasi agar sejarah dapat berkontribusi dalam membangun bangsa.

(akn/ega)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |