Jakarta -
Di usia yang kini menapak 20 tahun, Arista Ismi Nurkhasana tidak seperti teman-teman sebayanya yang sudah lulus SMA. Namun di balik setiap langkah tertunda, selalu ada cerita tentang keberanian untuk bangkit dan harapan yang tak pernah padam.
Berasal dari Beji, Sumber Agung, Jetis, Kabupaten Bantul, Arista kini kembali duduk di bangku sekolah. Ia adalah salah satu siswi Sekolah Rakyat Menengah Atas 19 Sonosewu, Yogyakarta, sekolah gratis yang digagas Presiden Prabowo untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu, tanpa batasan usia.
Arista tersenyum tipis saat menceritakan perjalanan hidupnya. Ia mengingat jelas, bagaimana pendidikannya sempat terhenti di kelas 1 Madrasah Tsanawiyah (MTs), hanya dua bulan setelah ia mulai. Ekonomi keluarga menjadi tembok yang menghalanginya kala itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cuma dua bulan (di SMP)," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (18/7/2025).
Hal tersebut disampaikannya di sela kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), Rabu (16/7).
Lima tahun lamanya Arista hidup tanpa bangku sekolah namun dia tidak menyerah. Ia sempat melanjutkan pendidikan lewat jalur nonformal di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), sebelum akhirnya mendapat kesempatan belajar di Sekolah Rakyat.
Kini, bersama teman-teman barunya, Arista kembali mengenakan seragam. Wajahnya tampak ceria penuh dengan harapan.
"Senang, banyak teman, baik-baik semua. Terus tempatnya juga nyaman, semua tersedia," tuturnya dengan mata berbinar.
Di rumah, Arista tinggal bersama kakek, nenek, dan adik-adiknya. Kedua orang tuanya tidak selalu hadir dalam hidupnya. Kehidupan mereka ditopang oleh penghasilan seadanya dari kakek dan nenek. Namun dari keluarga kecil yang sederhana itu, Arista belajar tentang ketekunan dan bertahan.
Adapun Sekolah Rakyat merupakan salah satu program unggulan dari pemerintahan Presiden Prabowo. Sekolah berkonsep asrama ini memberikan pendidikan gratis dan berkualitas bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu, tanpa membedakan usia maupun latar belakang.
Sejak Senin (14/7), sebanyak 63 titik Sekolah Rakyat yang digawangi Kemensos telah memulai kegiatan belajar dengan pelaksanaan MPLS secara serentak. Sementara 37 titik lainnya dijadwalkan menyusul pada akhir Juli.
Sekolah ini menjadi ruang kedua bagi mereka yang pernah kehilangan peluang, seperti Arista. Di balik kesederhanaan hidupnya, Arista menyimpan mimpi yang tinggi. Ketika ditanya apa yang mendorongnya untuk kembali belajar, jawabannya datang tanpa ragu.
"Ingin jadi diplomat," katanya singkat dengan penuh keyakinan.
Di mata banyak orang, mimpi itu mungkin terasa terlalu besar. Namun di Sekolah Rakyat, tak ada mimpi yang terlalu jauh. Sekolah Rakyat menjadikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Yang paling penting adalah keberanian untuk memulai.
Arista adalah satu di antara ribuan anak yang kini bisa mengenyam kembali pendidikan berkat Sekolah Rakyat. Menyemai kembali mimpi untuk masa depan yang lebih baik, keluar dari jerat kemiskinan.
(ega/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini