Paradoks Pasar Otomotif Indonesia: Saat Mobil Bensin Sekarat, Mobil Listrik Justru Pesta Pora

8 hours ago 2

loading...

Mobil listrik mengalami pertumbuhan penjualan yang luar biasa di tengah lesunya pasar otomotif. Foto: BYD Indonesia

JAKARTA - Sebuah anomali yang membingungkan kini tengah terjadi di jantung industri otomotif Indonesia. Di saat pasar mobil secara keseluruhan sedang "sekarat"—terseok-seok akibat kenaikan pajak, suku bunga tinggi, dan daya beli yang lesu—segmen kendaraan listrik (EV) justru sedang berpesta pora dengan pertumbuhan yang menggila.

Laporan terbaru dari PwC, Electric Vehicle Sales Review Q1 – 2025, melukiskan sebuah "kisah dua pasar" yang sangat kontras. Di satu sisi, ada duka dari penjualan mobil konvensional yang terus menurun. Di sisi lain, ada euforia dari penjualan mobil listrik yang meroket hingga 152,5% pada kuartal pertama 2025, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Ini bukan lagi sekadar tren. Ini adalah sebuah pergeseran tektonik yang dipaksakan oleh kebijakan pemerintah yang ambisius, namun meninggalkan sebuah pertanyaan besar: apakah pesta mobil listrik ini adalah sebuah fajar baru yang berkelanjutan, atau sekadar sebuah gelembung yang dipompa oleh insentif?

'Karpet Merah' dari Pemerintah

Ledakan penjualan EV di Indonesia memang tidak terjadi secara alami. Ini adalah hasil dari "karpet merah" yang digelar oleh pemerintah. Mulai dari pembebasan pajak barang mewah (PPnBM) 100% hingga pembebasan PPN, serangkaian "gula-gula" ini secara efektif membuat harga mobil listrik menjadi jauh lebih menarik.

Ambisi pemerintah pun tak main-main. Dengan bekal cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia menargetkan menjadi produsen baterai listrik terbesar ketiga di dunia pada 2027 dan memproduksi 600.000 unit EV secara domestik pada 2030.

Di Balik Pesta, Ada 'Luka' di Pasar Konvensional

Namun, di balik euforia elektrifikasi ini, ada "luka" yang menganga di pasar otomotif secara umum. Kenaikan PPN dari 11% menjadi 12% pada Januari 2025 telah membuat harga kendaraan konvensional semakin mahal, memaksa konsumen untuk menahan diri.

Pasar kendaraan ringan secara keseluruhan telah mengalami tekanan selama dua tahun terakhir. Ketidakpastian ekonomi dan biaya pembiayaan yang tinggi membuat banyak keluarga lebih memilih untuk menunda pembelian mobil baru.

Sebuah Peluang di Tengah Badai

Meskipun kondisi pasar secara makro sedang tidak baik-baik saja, para ahli melihat segmen EV sebagai sebuah cahaya di tengah kegelapan.

Lukmanul Arsyad, PwC Indonesia Industry and Services Leader & Partner, mengatakan, “segmen EV tetap memiliki peluang positif, didorong oleh investasi langsung asing, kebijakan pajak yang menguntungkan, dan pengembangan infrastruktur seperti stasiun pengisian daya."

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |