Jakarta -
Menteri Ketenagakerjaan RI Yassierli memimpin delegasi Indonesia dalam Konferensi Perburuhan Internasional (International Labour Conference/ILC) sesi ke-113 yang diselenggarakan oleh International Labour Organization (ILO) pada 2-13 Juni 2025 di Jenewa, Swiss.
Dalam forum ketenagakerjaan terbesar dunia tersebut, Indonesia mengangkat tiga isu strategis yang menjadi perhatian nasional sekaligus sejalan dengan agenda global ketenagakerjaan, yaitu kerja layak dalam ekonomi platform digital, perlindungan terhadap bahaya biologis di tempat kerja, dan transisi pekerja dari sektor informal ke formal.
"Kerja layak bukan hanya bentuk perlindungan, tetapi juga investasi jangka panjang untuk membangun tenaga kerja yang kompeten, sehat, dan produktif," kata Yassierli, dalam keterangan tertulis, Minggu (8/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiga Fokus Utama Indonesia di ILC Sesi ke-113
Ketiga fokus utama Indonesia di forum ini, di antaranya:
1. Kerja Layak dalam platform Ekonomi Digital: Indonesia mendorong pentingnya regulasi bagi pekerja digital dan platform untuk menjamin kepastian kerja dan perlindungan yang setara.
2. Perlindungan dari Bahaya Biologis di Tempat Kerja: Penguatan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi prioritas dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan mendukung keberlangsungan usaha.
3. Transisi dari Sektor Informal ke Formal: Indonesia menekankan pentingnya kebijakan yang inklusif untuk memperluas cakupan perlindungan sosial dan peningkatan kompetensi kerja bagi pekerja informal.
"Ketiga isu tersebut dinilai relevan dengan arah kebijakan ketenagakerjaan nasional dan merupakan bagian dari upaya mewujudkan dunia kerja yang inklusif, adaptif, dan produktif," kata Yassierli.
Partisipasi aktif delegasi Indonesia di ILC, tambah Yassierli, bukan hanya soal menyampaikan pendapat, tetapi juga strategi memperkuat kerja sama global dan memastikan suara pekerja, pengusaha, dan pemerintah Indonesia didengar dunia. Melalui keikutsertaan aktif dalam ILC ke-113, RI berharap dapat memperkuat posisi dalam kerja sama ketenagakerjaan global dan mendorong terwujudnya kebijakan internasional yang berpihak pada perlindungan dan kesejahteraan pekerja, sekaligus mendukung pembangunan SDM unggul dan produktif, serta yang tidak kalah penting keberlangsungan usaha.
Delegasi Indonesia dalam ILC ke-113 dibentuk dengan prinsip tripartit, yaitu terdiri dari unsur pemerintah, pengusaha, dan serikat pekerja/serikat buruh. Hal ini mencerminkan komitmen Indonesia dalam mendorong dialog sosial sebagai fondasi pembangunan ketenagakerjaan yang berkeadilan.
"Kami ingin dunia kerja menjadi ruang yang adil dan terbuka bagi semua. Oleh karena itu, melalui konferensi ini, kami berharap delegasi Indonesia membawa semangat kolaboratif untuk merumuskan solusi nyata, tidak hanya bagi ketenagakerjaan di Indonesia, tetapi juga untuk komunitas global," kata Yassierli.
Dalam kegiatan ILC ke-113 ini, delegasi Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia berpartisipasi aktif dalam sejumlah sidang komite dan pleno, antara lain:
• Komite Keuangan
• Komite Urusan Umum
• Komite Diskusi Umum
• Komite Aplikasi Standar.
Yassierli dijadwalkan menyampaikan pernyataan nasional Indonesia pada sidang pleno ILC pada Senin (9/6) yang mengangkat laporan Dirjen ILO bertajuk Jobs, Rights, and Growth: Reinforcing the Connection. Laporan ini menekankan pentingnya keterkaitan antara pekerjaan, pemenuhan hak, dan pertumbuhan ekonomi yang produktif.
Selain itu, Yassierli juga akan mengikuti pertemuan tingkat regional seperti Asia-Pacific Group Ministers Meeting, ASEAN Labour Leader Meeting, ASEAN Breakfast Ministers Meeting serta rapat bilateral dengan Dirjen ILO dan sejumlah negara mitra.
Tonton juga "Menaker Resmi Hapus Syarat Batas Usia di Lowongan Kerja!" di sini:
(akn/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini