Intip Potensi Wisata Sejarah Jateng dari Era Kerajaan hingga Kolonial

12 hours ago 3

Jakarta -

Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi yang kaya dengan wisata sejarah mulai dari wisata sejarah era kerajaan hingga kolonialisme.

Salah satu yang cukup fenomenal yakni kehadiran wisata Candi Borobudur. Objek wisata ini memiliki segudang cerita sejarah dari pembangunan hingga pemugarannya. Bahkan hingga saat ini, candi tersebut masih kerap digunakan untuk beribadah.

Menariknya, Candi Borobudur tidak hanya menarik para wisatawan dalam negeri saja. Namun objek wisata ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan internasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Daya tarik dari Candi Borobudur tidak terlepas dari cerita sejarah yang membalut objek wisata tersebut. Candi ini dibangun sekitar abad ke-8 hingga 9 oleh Dinasti Syailendra atau pada masa pemerintahan Raja Samaratungga.

Dari sisi arsitektur, Candi Borobudur juga syarat dengan nilai filosofi Buddha yang cukup kenal. Sebab dalam canding tersebut terdapat tiga tingkatan alam yakni Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.

Kekayaan dari objek wisata sejarah Jawa Tengah tidak hanya berhenti sampai di Candi Borobudur saja. Ada pula objek wisata Lawang Sewu di Semarang.

Objek wisata Lawang Sewu tergolong masih begitu kenal dengan nuansa kolonial. Pasalnya, objek wisata dibangun pada 27 Februari 1904 yang awalnya difungsikan sebagai Kantor Pusat Kereta Api Swasta Hindia Belanda.

Salah satu yang menjadi daya tarik dari objek wisata ini yakni terlihat dari jendela di Lawang Sewu. Sebab jendela yang terdapat di Lawang Sewu konon berjumlah 1.000 pintu.

Selain itu, ada pula objek wisata Wisma Perdamaian Semarang. Wisma Perdamaian Semarang memiliki catatan sejarah yang cukup menarik.

Sebab tempat yang bangun era pemerintahan Hindia Belanda ini sempat dijadikan tempat untuk rumah dinas para petinggi VOC yang menjabat sebagai Gouverneur van Java's Noord-Oostkust (Gubernur Jawa Utara Bagian Pesisir Timur) dan pertama kali digunakan sebelum 1755 menjelang perjanjian Giyanti.

Seiring berjalannya waktu, bangunan tersebut terus mengalami pemugaran. Hingga saat ini, Wisma Perdamaian Semarang kerap digunakan sebagai gedung pertemuan untuk sejumlah acara-acara penting.

Sejumlah objek wisata sejarah yang terawat tersebut tidak terlepas dari kontribusi dari semua pihak. Pemerintah pusat, daerah, swasta, hingga masyarakat turut berkontribusi untuk merawat objek wisata tersebut.

Sebagai wujud apresiasi, detikcom menggelar detikJateng-Jogja Awards 2025. Perhelatan ini bertujuan untuk memberikan pengakuan terhadap individu-individu, tokoh masyarakat, dan pelaku bisnis dari Indonesia yang telah menunjukkan memberikan kontribusi besar terhadap wilayah di Jawa Tengah hingga Yogyakarta.

Dalam ajang tersebut terdapat 4 kategori penghargaan yakni Government, Individu, Social Organization/NGO, dan BUMD/Swasta.

Ajang penghargaan bertajuk detikJateng-Jogja Awards 2025 akan digelar pada 21 Juli 2025 di Wisma Perdamaian Semarang, Jateng. Penghargaan ini nantinya akan diberikan kepada para penerima anugerah setelah melewati serangkaian proses panjang yang dinilai oleh Tim Internal dan Dewan Redaksi detikcom.

Penilaian akan dilakukan berdasarkan indikator penilaian yang telah disepakati, di antaranya Inovasi, Kreativitas, Inspiratif, Dampak, serta Keaktifan. Awarding Ceremony akan dilaksanakan selama 1 hari dengan rincian kegiatan, meliputi pemberian penghargaan, dan hiburan musik dari musisi lokal Jateng dan DI Yogyakarta.

Sebagai informasi, detikJateng-Jogja Awards akan ditayangkan dan dapat disaksikan secara streaming di laman detikcom.

(prf/ega)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |