loading...
Petik Tirta Amerta digelar di Titik Nol Sumber Brantas, Arboretum Kota Batu, Jumat (25/07/2025). Kegiatan ini menjadi penanda pembukaan Festival Kali Brantas #4. Foto/Dok. SindoNews
BATU - Petik Tirta Amerta digelar di Titik Nol Sumber Brantas, Arboretum Kota Batu, Jumat (25/07/2025). Kegiatan yang berlangsung khidmat nan sarat makna ini menjadi penanda pembukaan Festival Kali Brantas #4, sebuah perayaan budaya dan ekologi yang digagas budayawan Malang Isa Wahyudi.
Isa mengungkap, ritual Petik Tirta Amerta yang dilaksanakan bertepatan dengan penghujung bulan Suro ini tak sekadar seremoni. Lebih dari itu, ini sebagai bentuk penghormatan pada sumber kehidupan air yang mengaliri Sungai Brantas yang melintasi 14 Kota kabupaten sebagai urat nadi Jawa Timur. Baca juga: Gelar Festival ke-8, Kampung Budaya Polowijen Jadi Episentrum Seni Budaya Topeng Malang
Budayawan Malang, Mbah Karjo mengatakan, dalam mitologi Jawa dan Hindu, Tirta Amerta bermakna “air kehidupan”, yang dipercaya memberi kekuatan, kejernihan, dan umur panjang. "Jadi, memetik Tirta Amerta dari mata air utama adalah simbol pengambilan sumber suci kehidupan, sebagai bentuk syukur dan permohonan restu dari alam semesta," ujar Mbah Karjo yang juga dalang wayang suket.
Gelaran Petik Tirta Amerta di sumber Brantas dipandu para tokoh budaya dari Kota Batu, yakni Ki Lelono, dan Bu Umie Solekan yang membuka sumber mata air dengan mantra sasi mimba, haning data, nedhi tirta, banyu dzat sira, huripa. "Artinya, dalam bulan penyucian saat keheningan hadir kami memohon air suci, sebab air adalah zat-Mu sumber kehidupan sejati," ujar Ki Lelono.
Isa Wahyudi yang beken disapa Ki Demang menuturkan, sungai Brantas adalah nadi utama kehidupan Jawa Timur. Mengawali rangkaian Festival Kali Brantas dari hulu, dimaksudkan bahwa perawatan lingkungan harus dimulai dari sumbernya. "Jika sumber airnya dimuliakan dan dijaga, maka aliran kehidupan di hilir pun akan bersih dan berkelanjutan," kata penggagas Kampung Budaya Polowijen itu.