China Dilanda Gelombang PHK dan Gejolak Sosial, Kredibilitas Pemerintah Xi Jinping Diuji

7 hours ago 5

loading...

China dilanda gelombang PHK dan gejolak sosial, kredibilitas pemerintah Presiden Xi Jinping diuji. Foto/CNBC via MR Online

JAKARTA - China, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, tengah menghadapi perlambatan serius yang, menurut banyak ahli, bisa berkembang menjadi resesi mendalam disertai gejolak sosial yang meluas.

Dalam editorial Maldives Insight, Minggu (13/7/2025), disebutkan bahwa kombinasi mengkhawatirkan dari pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, gelombang kebangkrutan perusahaan, dan anjloknya kepercayaan konsumen secara cepat menggerus fondasi ekonomi China—yang selama beberapa dekade terakhir dikenal sebagai mesin pertumbuhan global paling tangguh.

Selama bertahun-tahun, narasi pertumbuhan China identik dengan lonjakan kelas menengah, industrialisasi besar-besaran, dan dominasi sebagai kekuatan manufaktur dunia. Namun, retakan dalam fondasi itu kini makin tampak jelas, dengan beberapa bulan terakhir memperlihatkan kerentanan struktural yang sulit ditutupi.

Baca Juga: Curi Rahasia Rudal Ukraina, Ayah-Anak China Ditangkap atas Tuduhan Mata-mata

Semakin banyak ekonom dan analis meyakini bahwa China kini berada di ambang kontraksi ekonomi paling parah dalam beberapa dekade—dengan potensi dampak global yang signifikan.

PHK Massal di Berbagai Sektor

Dari kawasan manufaktur besar di Guangdong hingga pusat teknologi di Shanghai dan Beijing, perusahaan dari berbagai sektor memangkas tenaga kerja dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Sektor teknologi, yang sebelumnya menjadi simbol ambisi China dalam kecerdasan buatan dan inovasi, kini dilanda ketidakpastian. Raksasa teknologi seperti Alibaba, Tencent, dan ByteDance telah mengumumkan pemangkasan karyawan besar-besaran dalam setahun terakhir.

Namun, dampak PHK meluas jauh di luar sektor teknologi. Industri properti—selama ini pilar pertumbuhan ekonomi China—terjun bebas sejak kejatuhan pengembang besar seperti Evergrande dan Country Garden. Efek berantai dari krisis ini menyebabkan ribuan orang kehilangan pekerjaan di sektor konstruksi, manajemen properti, dan rantai pasok.

Baca Juga: China Dituduh Rencanakan Serangan terhadap Wapres Taiwan di Praha

Bahkan perusahaan milik negara, yang selama ini dianggap sebagai tempat kerja paling stabil, mulai melakukan pemangkasan tenaga kerja secara diam-diam karena tekanan keuangan yang meningkat.

Sektor manufaktur, yang dijuluki sebagai “pabrik dunia,” juga tak luput. Permintaan ekspor China melemah di tengah perlambatan ekonomi global, ketegangan geopolitik, dan eksodus investor asing ke Asia Tenggara dan India. Penutupan pabrik dan pemangkasan karyawan kini menjadi pemandangan umum di wilayah-wilayah industri utama.

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |